Bagi kalangan sufi dikenal 10 tingkatan tahalli yang sangat terpuji, yaitu :
- Beradab dalam persahabatan dan pergaulan serta berbudi pekerti yang baik agar cahaya Alloh memantul ke dalam jiwa.
- Selalu mengawasi perjalanan jiwa, menyucikan ruh dan mengikhlaskan niat.
- Zuhud kepada dunia dengan ridha atau tawakkal.
- Menghidupkan kesabaran dan selalu dalam keadaan syukur.
- Senantiasa berada dalam mahabah dengan mengutamakan dzikir bilqolb.
- Menghindari dosa dan maksiat sampai yang paling kecil terutama dosa syirik khofy (hati).
- Sangat mengharapkan anugrah Allah SWT dan kuatir (Khoif) apabila amal dan kerinduan kepada Allah SWT ditolak dan tidak mendapat ridho di sisi Allah SWT.
Dikalangan sufi, keberadaan Allah yang dirasakan menyatu di dalam diri seorang hamba yang mukmin dikenal dengan sebutan tajjali, keberadaan di sini tidak berarti sebagai kesatuan dengan Yang Maha Pencipta. Yang dimaksud adalah dalam keadaan tajalli seorang sufi akan mampu merasakan kehadiran Allah SWT. Ia seolah selalu terawasi, merasakan kenikmatan yang tidak terhingga di dalam meminta dan berdialog dengan Allah SWT. Ia seolah selalu terawasi, merasakan kenikmatan yang tidak terhingga di dalam meminta dan berdialog degan Allah SWT, saat mendirikan sholat dan bahkan selalu merasakan ketentraman dan ketenangan dalam hatinya. Kehadiran Allah SWT dalam hidup dan kehidupan seorang sufi seolah langsung dapat diterasakan dalam gerak kesehariannya.
Untuk memasuki wilayah tajalli, biasanya para sufi melaksanakan berbagai latihan kesufiyahan dengan sungguh-sungguh (bermujahadah), memperkokoh batinnya dengan bermacam dzikir, pengetahuan pernafasan serta mengosongkan diri dari pikiran keduniawian secara penuh. Sedangkan untuk mengangkat batinnya ketingkat (maqam) yang lebih tinggi, mereka mencoba mempertautkan qolbunya kepada Allah dengan tazqiyah dan taqarrub.Harapannya, mereka akan dapat menerima pantulan nurullah yang masuk ke dalam hati dan jiwanya.
Perjalanan panjang tahalli dan untuk memasuki tahalli, hanya dapat ditempuh dengan mujahadah dari muhasabah. Pada waktu itulah seorang sufi dengan secara pasti akan dapat menyaksikan perkembangan ruhaniyah tahap demi tahap.
LETAK DZIRULLAH
Tanpa pemahaman dan pengenalan letak dzikrullah yang mendalam mustahil kita dapat terhindar dari kekotoran hati. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa sumber dari kiat mengelola qolbu merupakan pengenalan diri letak dzikrullah yang sebenarnya.
Seseorang yang mampu mengendalikan perasaan emosinya merupakan orang yang dapat memahami siapa dirinya. tentunya kita akan dapat mengendalikan diri begitu kita mengenalnya secara mendalam. Manusia yang terkadang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Mereka dapat terjadi pada suatu masa, mereka melakukan perbuatan maksiat dan keji sementara mereka merasa melakukannya tanpa sadar.
Kunci pemahaman letak dzikrullah terletak pada hati. Hati dapat memperlihatkan secara jelas siapa diri kita dan bagaimana watak kita. Hati yang bersih, bening, dan jernih dapat memperlihatkan kebersihan kebeningan dan kejernihan pada pribadi diri seseorang.
Kekuatan manusia pada hakikatnya terletak pada penguasaannya pada tingkatan dzikrullah yang selalu diistiqomahkan melalui laku spiritual manusia tersebut.
Kekuatan spiritual yang dilakukan secara istiqomah melakukan dzirullah dengan benar dan tepat, merupakan kekuatan tanpa kata-kata. Tanpa mengucapkan kata-kata tetapi hati memancarkan cahaya Illahi yang akan berbicara sendiri.
Tanpa kata-kata, setiap manusia, asalkan telah menguasai maqam dzikrullah dalam tubuhnya, maka ia akan berbicara dan bertindak atas namanya sendiri, dan pikirannya mengambarkan apa-apa yang ada dalam dirinya sendiri.
Tentang penguasaan dan penempatan dzikrullah dalam maqam, kita tidak perlu menghubungkannya dengan usia dan kapasitas kecerdasan otak seseorang. Setiap orang harus berlandaskan kepada seberapa besar kemampuan atau hasrat yang tumbuh dalam dirinya, daripada berlandaskan pada pikirannya.
Penguasaan dan penempatan dzikrullah menunjukan suatu penguasaan pada semuanya, baik dalam ucapan, dalam pendengarannya, maupun dalam usaha untuk mengerti dalam mengerjakan segala aktifitas apa saja. Perolehan terhadap penguasaan dan penempatan dzikrullah tidak dihasilkan dari perenungan, konsentrasi dan meditasi, tetapi dalam aktifitas kehidupan spiritual sehari-hari yang diistiqomahkan , dalam kehidupan sesederhana apa pun yang kaitannya dengan hukum kebaikan.
Jika berhasrat untuk menguasai penepatan dzikrullah dalam maqam, selayaknya kita belajar terhadap segala ganjalan yang membuat jalan kebaikan kita terhambat pada waktu yang telah berlalu.
Sesuatu yang kecil sangat bermanfaat untuk kekuatan hasil spiritual dan membimbing seseorang yang hendak belajar penguasaan dan penempatan dzikrullah secara benar dan tepat. Jika seseorang tidak melatih untuk penguasaan terhadap penempatan dzikrullah secara benar dan tepat secara istiqomah setiap hari dalam melakukan spiritual sehari-hari, dalam hal apa pun, maka ia tidak akan pernah bisa menyempurnakan pekerjaaan-pekerjaannya yang lebih besar. Hal ini menimbulkan kegagalan dalam penguasaan terhadap penempatan dzikrullah dalam maqam.
Dengan mengatasi permasalahan yang kecil, kita dapat menyelesaikan permasalahan yang besar.
Dengan mendalami hati dengan dzikrullah kita berbicara dengan nurani dan kita berusaha mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT. Yang lebih utama kita pun bisa mengenali potensi diri melalui hubungan dengan orang lain.
POTENSI DIRI
Upaya-upaya memperbaiki diri akan efektif jika kita memahami dan mengenal letak dzikrullah dalam diri kita, agar kita mampu menggerakkan segenap potensi positif dalam diri kita. Tentunya dengan syarat kita telah mengetahui terlebih dahulu adanya kelemahan-kelemahan pada diri kita tertebih dahulu.
Potensi dzikrullah untuk dapat memperbaiki diri hanya bisa digerakan dengan niat yang ikhlas dan selalu berpikiran jernih (positf)
Allah SWT telah menyediakan sarana-sarana berupa potensi dzikrullah pada setiap letak maqam di dalam diri orang tersebut. Namun, sarana-sarana itu tidak dapat digunakan tanpa disertai niat ikhlas yang kuat untuk menunutun diri kita pada perjalanan ruhani menuju Allah SWT. Inilah perjalanan yang merupakan tahapan-tahapan menuju perbaikan kualitas dzikrullah.
Setiap manusia, meskipun ia mengerjakan segala perkara yang bersifat "taqlief", tidaklah bermanfaat dengan tidak ada gurunya. Sebagaimana ia tidak beroleh manfaat bila menghafal seribu buku. Dan seorag guru hanya menghantarkan ke jalan yang lurus dan benar, jalan menuju Allah SWT agar dapat keluar dari sifat-sifat yang ada dalam hati manusia (syak wasangka).
Kesuksessan dalam konsep mengeal letak tingkatan maqam dzikrullah adalah bagaimana kita secara istiqomah dapat terus melakukan pembersihan hati di sepanjang kehidupan kita bisa bertemu dengan Allah SWT adalah kebersihan hati atau "qolbun saliim". Dan wahana pembersih hati adalah tekad (niat) ikhlas yang kuat, serta melalui dzikrullah yang diistiqomahkan.
Qolbu yang bersih akan menampakkan isi dan pikiran yang bersih pula. Jasad dan akal hanya akan menuju pada suatu kelaikan, jika dikendalikan oleh qolbu yang bersih yang membuat perbuatan kita menjadi bernilai dan berkualitas.
Qolbu yang menuju kepada Allah SWT, akan berbicara bahwa pada dasarnya manusia memiliki sisi baik. Manusia bisa mengubah dirinya menuju kebaikan jika ia menghidupkan sisi baik dan mematikan sisi buruknya melalui dzikrullah dengan memahami letak maqam yang ada di setiap diri orang tersebut. Jika harus ada persepsi jika kita bisa menjadi lebih baik, kita bisa menjadi lebih sukses, dengan selalu mengistiqomahkan dzikrullah dan Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-Nya. Persepsi inilah yang akan senantiasa menghidupkan motivasi dan keinginan kita menjadi manusia berprestasi melalui dzikrullah.
Tulisan ini telah dimuat di media massa "Majalah Misteri"
Edisi 20 September - 04 Oktober 2010
No : 497 Hal : 108 - 109
Salam,
16 komentar
begitu indah blog bapak sangat mencerahkan dan berguna bagi sesama ummat, maaf baru bisa berkunjung
berpikir positif >>>>>> semoga bermanfaat untuk kita semua, dan sukses selalu dalam segala akitifitas dan kreatifitasnya.
Dzikir dapat membuat kita selalu mengingat Allah SWT.
ada segumpal daging didalam tubuh manusia yang bernama hati, apabila rusak padanya maka rusak pula seluruh amalannya, karena didalam hati manusia bisa membedakan mana yang hak dan yang batal.
jika hatinya rusak maka manusia tidak bisa membedakan antara yang hak dan yang batal
salam kenal mas dari blogger newbie, saya tngg visit back nya
salam sobat
jadi tahu 10 tingkatan tahalli dikalangan sufi.
trims sudah berbagi pengetahuan.
salam sahabat
sangat setuju dan merasakan mendapatkan sebuah motivasi dan ispirasi di sini dengan yang anda sebutkan tingkatan tingkatan umum seperti di atas makasih banget yach
semua terletak..pada hati...
Salam kenal mas Indra..
saya belum baca postingannya,tp koment dulu.. perlu waktu khusus untuk membaca topik seperti ini karena topiknya sangat mengena dihati..
Tulisannya berbobot sekali neh, mencerna nya dikit2 :)
dzikrullah haruslah bersumber dari hati dan dilakukan dengan istiqomah. Betulkah pemahaman saya ini?
memang benar ya..dengan berdzikit itu, bisa lebih mengembangkan sekaligus menjaga juga potensi pada diri kita agar tidak keluar jalur....
dengan mengisi waktu-waktu tertentu dengan memperbanyak dzikir diharapkan akan menumbuhkan kuaLitas keimanan yang Lebih baik dan menjadikan pribadi-pribadi yang bisa menerapkan amaL soLeh di Lingkungan sosiaL sehari-hari.
salam sobat
berkunjung kembali mas,
dzikrullah tanpa pemahaman dan pengenalan,
mustahil kita dapat terhindar dari kekotoran hati.
sip. harus ni.
subhanallah, dzikrullah ternyata memiliki kekuatan dahsyat, mampu membersihkan qalbu kita dari berbagai penyakit hati. terima kasih pencerahannya, mas indra.
Semoga kita semua selalu dibimbing dalam jalan kebenaran yang senantiasa direstui Oleh-NYA...
Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sukses Selalu Untuk Kita Semua.