ILMU PESUGIHAN KANTONG BOLONG



Dalam kultur Jawa berarti mengetahui kenyataan sebenarnya. Jadi, berilmu bukan sekedar mengetahui. Tapi dapat mempraktikkan. Tetapi, ada wujudnya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara etimologi, kata "ilmu" berarti "pengetahuan", kata "kantong" berarti tempat untuk menaruh sesuatu (contoh: dompet, saku, lumbung, tabungan dll)", dan kata "bolong" berarti "lobang atau kosong". Jadi, kalimat "ilmu kantong bolong" dapat dimaknai sebagai "pengetahuan tentang tempat untuk menaruh sesuatu, tapi tempat itu berlubang."

Secara terminologi, kata "ilmu" adalah mengetahui sesuatu secara pasti dan yakin. Dan kalimat "kantong bolong" adalah sebentuk wahana untuk menampung sesuatu, baik materiil maupun non materiil, yang sifatnya sesuatu itu berlobang.

Maksud dari "ilmu kantong bolong" adalah sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk  tempat yang selalu kosong, yang secara pasti tempat itu tidak pernah membiarkan sesuatu yang dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apa pun yang ditaruh di sana selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.

Menurut Mangkunagoro IV dalam bukunya "Wedhatama" ilmu dalam bahasa Jawanya berarti ngelmu. Ada ungkapan Jawa : "Ngelmu iku / Kalakone kanthi laku / Lekase lawan kas / Tegese kas nyantosani / Setya budya pangakese dur angkara".

Secara bebas, dapat penulis terjemahkan. Ilmu itu dapat dicapai dengan tindakan olah rasa (menghayati), olah nalar (berpikir jernih), dan olah kabisan (mengasah ketrampilan), disertai kesungguhan hati dan pengendalian hawa nafsu. Ini jelas bahwa ilmu (ngelmu) dalam bahasa Jawa tidak sama dengan ilmu dalam bahasa Indonesia.

Ilmu (ngelmu) tidak dapat dicapai hanya dengan membaca buku-buku, membaca kitab suci, mendengarkan petuah guru, kiyai, ustad, pendeta, biksu atau apapun namanya. Orang yang berilmu berarti mampu mengetahui "kahanan", kenyataan, yang bebas dari pengaruh pancaindera. Mampu melihat tanpa mata, mendengar tanpa telinga, membau tanpa hidung, merasa tanpa meraba, dan menikmati tanpa mengecap. Untuk dapat berilmu (ngelmu) sang pencari harus menjalankan atau "nglakoni", yaitu bersungguh-sungguh dalam mencari disertai pengendalian hawa nafsu.

Mengendalikan hawa nafsu berarti mengendalikan keinginan lahir dan batin. Segala keinginan terhadap kuasa, harta dan kenikmatan ragawi harus dikalahkan demi mendapatkan ilmu. Olah rasa dan olah nalar untuk menciptakan kondisi pikiran yang jernih. Olah kabisan, melatih segenap indera dan anggota badan untuk menangkap "sasmita", isyarat, tanda-tanda, bukti nyata di alam ini.

Bila ilmu sudah diperoleh, maka kenyataan dapat diketahui. Kita tidak perlu meraba-raba lagi. Tidak ada lagi kata : "saya pikir" atau "saya rasa". Seorang pemimpin yang masih pada tahap "saya pikir" atau "saya rasa" sulit untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Karena dia masih bertindak secara "gamblang", main tebang. Keputusan harus diambil berdasarkan pengetahuan yang benar.

Ilmu kantong bolong adalah ilmu yang berlandaskan pada dua alasan, yaitu :
  1. Mengosongkan diri pribadi dan pamrih, dan
  2. Menolong sesama manusia.

Inti ilmu kantong bolong adalah cinta kisah kepada Allah Tuhan Yang Maha Agung, yang cinta kasih itu tiada sempurna apabila tidak disalurkan kepada sesama manusia. Dan ilmu kantong bolong bukan ilmu ciptaan daya pikir manusia, malainkan salah satu ilmu-ilmu yang muncul dari pergolakan inti hati nurani manusia, yakni bersifat intutif bukan logistik.

Oleh karena itu, dalam tataran praktis, ilmu kantong bolong akan membawa pemiliknya ke arah menyongsongkan diri dari hal-hal duniawi, mengosongkan diri dari pentingan pribadi. Apa pun yangmemasuki "kantong bolong" tentu akan keluar, karena ia tidak berisikan pamrih dan hanya bertugas menyalurkan rahmat Ilahi kepada sesama manusia yang  menjadi tugas dan fungsinya.

Makna ilmu kantong bolong ini sangat dalam dan luas, karena ia merupakan pengetahuan tentang hakikat manusia diciptakan oleh Allah Tuhan Yang maha Agung. Untuk apa manusia diciptakan di dunia ini ?

Dengan ilmu kantong bolong kita dapat menilai bahwa tujuan manusia diciptakan adalah supaya manusia mau mengabdikan dirinya kepada Sang Maha Agung, yang upaya pengabdian diri itu dilandaskan pada sikap saling mencintai, mangasihi, dan tolong-menolong. Pengabdian diri kepada Allah Tuhan Yang Maha Agung merupakan wujud dari ibadah, dan ibadah adalah menolong sesama dengan ikhlas tannpa pamrih.

Ketika manusia telah menyiapkan dirinya untuk menjadi sang penolong, pitulung, abdi masyarakat, pelayan masyarakat, dan abdi negara; maka, ia harus selalu mengosongkan diri dari hal-hal duniawi, tidak boleh mencari imbalan, dan dengan tekad yang kuat menanamkan prinsip bahwa semua yang dilakukannya adalah untuk mencari ridha Ilahi.

Ungkapan-ungkapan bijak yang terkandung dalam ilmu kantong bolong yang dapat menjadi pembelajaran hidup, yaitu :
  1. “Nulung pepadhane, ora nganggo mikir wayah, wadhuk, kantong.” Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa menolong sesama itu tidak perlu memikirkan atau memperhitungkan waktu, perut dan saku.

  1. “Yen ana isi lumuntur marang sesame”. Ungkapan ini memberikan pemahaman bahwa dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, yang namanya kantong (saku) harus tetap kosong, dan apabila kantong itu sampai terisi, maka harus dialirkan (dikosongkan) lagi untuk sesama. Dalam bahasa Islam disadaqohkan kepada orang lagi.

Ada beberapa tanda yang perlu di analisa dan dicermati dari pengertian ungkapan-ungkapan bijak yang terkandung dalam ilmu kantong bolong yang tertera diatas yang saling terkait satu sama lain atau pun memiliki ilmu kantong bolong, agar ilmu ini mudah dipahami ada 6 spesifikasi, yaitu :


I.   Tentang menolong (nulung).

Seseorang harus siap menjadi “sang penolong” atau “pitulung” (dalam bahasa Jawa) bagi sesama tidak bersikap masa bodoh. Ketika ada yang membutuhkan pertolongan, maka bersegeralah untuk menolong. Siapa pun orangnya, jika ia membutuhkan pertolongan, tolonglah !

Jangan seperti oknum-oknum yang memiliki kegemaran selalu berkhianat kepada fungsi dan tugasnya, yang ada hanya duduk-duduk saja di kursi empuk, celoteh sana sini tanpa tujuan yang pasti, setiap bulannya dapat gaji dan tunjangan, katanya ingin menjadi sang penolong rakyat ternyata malah bersikap masa bodoh, tidak mau tahu penderitaan rakyat dan ujung-ujungnya menggelapkan uang rakyat.

Siapa pun Anda, janganlah meniru oknum-oknum itu, yang justeru mereka mendapat amanat untuk menolong rakyat, tapi berkhianat kepada rakyat dan doanya sendiri. Karena orang-orang tersebut telah bersumpah dengan nama Tuhan-nya dalam mengemban amanat profesinya.

“Setiap kebajikan adalah sedekah, orang yang menunjukan kepada
kebaikan itu seperti orang yang melakukan kebaikan (yang ditunjukan)
 itu, dan Allah mencintai orang yang menolong orang-orang yang kesusahan.” 
(Al-Hadist)


Sang penolong atau “pitulung” mempunyai derajat di atas si peminta atau penerima. Sikap menolong itu selain merupakan sifat terpuji, juga akan menaikkan derajat orang yang melakukannya. Dengan demikian, oknum anggota DPR & MPR; Presiden; Pejabat Pemerintahan; hingga tingkat RT dan para abdi negara dan masyarakat yang tidak bisa kerja; mereka adalah para peminta; mereka adalah orang hina; mereka adalah para pelaku pengkhianat amanah rakyat yang telah melacurkan diri untuk suatu profesi dan jabatan; karena tangan mereka ada di bawah; sementara rakyat itulah yang mulia; rakyat lebih baik daripada mereka; karena rakyat dipungut atau dimintai upeti untuk diserahkan kepada mereka. Istilahnya “gajian” dan “sukses fee” katanya, tapi kenyataannya adalah pemerasan yang terselubung. Sungguh hina mereka-mereka para oknum itu. Sudah tidak biasa menjalankan amanat, mengakali rakyatnya.


II.  Tentang “tanpa berpikir panjang.”

Ilmu kantong bolong mengajarkan sikap gesit, siap sedia, dan tidak perlu ada pertimbangan. Ketika ada yang membutuhkan pertolongan, maka dengan segera untuk ditolong. Pertolongan diberikan tanpa perlu berpikir. Tanpa berpikir terlebih dahulu, juga dapat diartikan sebuah sikap yang tidak memilih dan memilah, tidak perlu ada pertimbangan, tapi tidak dilakukan dengan terburu-buru. Selain itu, sikap ini akan mengacu kepada tiga hal, yaitu : tempat, waktu, dan bekal (mencakup kondisi perut).


 Menolong sesama itu tidak perlu memikirkan tempat. Artinya, masalah tempat tidak perlu dijadikan alasan, dikarenakan yang namanya menolong itu tidak memandang tempat. Jika seseorang itu sudah berniat menolong, maka di mana pun tempatnya, dia akan tetap menolong. Sampai pun hutan belantara atau di tengah lautan, yang namanya menolong itu bias dilakukan. Oleh karena itu, janganlah menjadikan alasan tempat yang sulit dijamah atau tempat yang menakutkan itu sebagai penghalang niat anda untuk menolong sesama.

 Jauh dekatnya tempat, sulit mudahnya tempat itu tergantung pada niat dan kemauan. Namun demikian, makna daripada “tanpa berpikir panjang (ora nganggo mikir) dalam tataran konsep yang mengacu pada pikiran-pikiran positif, bukan negative. Artinya, tidak perlu ambil pusing, jangan berprasangka buruk (suuzhan), dan percayalah bahwa menolong itu merupakan perbuatan terpuji.

Dengan demikian, ilmu kantong bolong menanamkan semangat yang baik, yang positif, bukan negative. Tidak perlu kita hiraukan tempatnya, asal kita tanamkan semangat yang positif  dalam benak dan hatimu, maka yang jauh akan terasa dekat dan yang sulit akan terasa mudah, karena Allah berfirman; “sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-A’raf : 56) Dan, “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah : 214)


III. Tentang “waktu.”

Menolong itu tidak perlu mempertimbangkan waktu. Tidak siang atau pun malam, pagi atau sore, musim hujan atau musim panas, senang atau susah, pertolongan tetap dijalankan.

Dengan tidak memperhitungkan waktu, maka ilmu kantong bolong telah mengajarkan kesungguhan untuk menolong, mengajarkan sikap “siap-siaga-sedia” dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Hal ini sulit dicapai kecuali di dalam diri penolong sudah ditanamkan niat yang sesungguhnya. Selain itu, pemahaman tentang tidak memikirkan waktu, juga memberikan pembelajaran kepada kita akan diri yang selalu berjalan menelusuri tempat-tempat kosong, tempat-tempat yang membutuhkan pertolongan.

 Ilmu kantong bolong sifatnya seperti angin, selalu merayap ke mana saja demi memberikan pertolongan sumber kehidupan kepada yang membutuhkan, datang dan pergi tanpa pesan atau dipesan, kehadirannya sangat dibutuhkan, dan menyelusup ke mana saja dan kapan saja demi memberikan kedamaian dan kesejukan jiwa dan raga.


IV. Tentang “perut.”

Selain tidak memikirkan situasi dan kondisi  alam eksternal, tugas menolong sesama juga tidak perlu. Ilmu kantong bolong memberikan syarat bahwa meskipun perut sedang lapar, kegiatan menolong harus tetap berjalan. Apalagi yang namanya menolong sesama, menolong orang yang sedang sakit baik jiwa maupun raganya, dalam pengobatan, itu membutuhkan laku (upaya batiniyah) yang salah satunya adalah tidak makan. (puasa). Oleh sebab itu, sudah sepatutnya bagi si penolong itu membiarkan perutnya kosong, supaya usaha untuk menolong sesama bisa berhasil.

Manusia yang mempunyai jiwa besar, penuh semangat, dan tidak begitu memikirkan urusan perut, maka dia akan lebih biasa bekerja dengan keadaan lapar daripada kenyang. Semua itu karena perasaan, maka perut yang terasa lapar itu karena perasaan saja. Jika rasa lapar tidak dirasakan, maka, tidak ada yang namanya kelaparan.

     Itulah sebabnya, upaya menolong sesama jangan berdasarkan keadaan perut, karena perasaan yang berlebihan terhadap kondisi perut akan mengakibatkan terbengkalainya pekerjaan, lebih-lebih menjalankan tugas untuk menolong sesama.


V.  Tentang “kantong.”

Selain memikirkan hal-hal yang telah tersebut diatas, yang namanya menolong sesama itu tidak perlu memikirkan kantong, apakah kantong kita terisi atau tidak. Pemahaman ini ada dua hal, yaitu :

  1. Lebih mengarah pada masalah keuangan atau harta pribadi. Jangan pikirkan bekal atau keuangan, karena uang seseorang tetap biasa merealisasikan usaha menolong. Tidak ada alasan dan untuk tidak menolong, karena meskipun tidak bekal, asalkan ada kesempatan untuk menolong, maka usaha menolong tetap biasa  dilakukan.


  1. Lebih mengarah pada masalah keuangan atau harta pihak yang ditolong, apakah ia punya uang atau tidak. Jangan pikirkan itu, karena hal itu sama halnya Anda mencari imbalan jasa, atau pertolongan yang Anda lakukan itu tidak ikhlas. Jika ingin benar-benar menolong sesama harus tanpa pamrih, tanpa harapan mendapatkan imbalan, maka lakukanlah pertolongan dengan ikhlas. Baik terhadap yang kaya maupun yang miskin, yang namanya pertolongan harus tetap dijalankan. Tidak memikirkan kantong, baik kantong pribadi maupun kantong pihak yang ditolong adalah sikap pasrah dan tanpa pamrih, adalah sikap terpuji, adalah syarat untuk menemukan manisnya ilmu kantong bolong.

Perhatikan di sekeliling kita, banyak oknum yang berprofesi yang sebagai penolong, penolong yang lemah, penolong yang sakit, yang menderita; seperti dokter, dukun, paranormal, kiyai, ustad, jaksa, polisi, hakim dan lain-lain, mereka menolong karena ingin mendapatkan imbalan, menolong kalau ditolong itu banyak uangnya, menolong hanya sebagai nama bukan sifat, menolong karena ada tujuan-tujuan tertentu, dan pertolongan yang mereka lakukan juga mempertimbangkan tempat, waktu dan kondisi perut mereka.

Sungguh mereka melakukan pekerjaan yang tidak mulia, dan sungguh mereka melakukan pekerjaan yang mulia, dan sungguh mereka itu harus diajari ilmu kantong bolong agar mereka tidak semakin parah, agar mereka tidak menjadi seorang penolong yang minta ditolong.

Walaupun tidak semua orang yang berprofesi seperti tersebut semuanya berkelakuan jelek. Oknum-oknum tersebut sering menyengsarakan orang yang ditolong gara-gara upah yang mereka minta sangat besar. Mencari dan menemukan seorang penolong yang menerapkan ilmu kantong bolong di zaman sekarang ini sangat sulit.


VI. Tentang “mengalir (lumuntur).”

Puncak dari ilmu kantong bolong adalah apabila kantong terisi, maka harus dialirkan kepada yang membutuhkan. Memang sulit untuk memenuhi keenam syarat ini, tapi itulah konsep “ilmu kantong bolong” yang benar-benar bolong plong dari segala bentuk kehidupan duniawi. Ia selalu sunyi, selalu kosong, dan kesunyian dan kekosongan itu dilakukan demi mengisi yang kosong. Tidak mengapa diri pribadi yang kosong, asalkan diri yang lain terisi oleh kebahagiaan, kesehatan, dan kedamaian.

Pemahaman ini juga mengacu pada sikap dermawan tidak bakhil. Jika ada yang dapat diberikan, maka berikanlah. Jika ada isi, alirkanlah. Oleh karena itu, puncak ilmu kantong bolong adalah menciptakan diri seperti angin dan air. Sulit, tapi ada orang yang mampu (walau tidak sempurna).

Banyak manusia yang kantongnya tidak pernah kosong dan tidak pernah berniat untuk mengosongkan kantongnya, bahkan ambisinya adalah memperbanyak kantong dan memenuhi isinya. Itulah penyebab mengapa terjadi perbedaan status atau kelas social, penyebab hati manusia gelap, kikir, dan ujung-ujungnya menimbulkan kehancuran bagi dirinya sendiri.

Ilmu kantong bolong mengajarkan sifat dermawan, bersedekah, tidak rakus, dan apa yang menjadi tujuan hidup adalah mengabdikan diri seutuhnya kepada sesama dan bentuk dari pengabdian itu dilakukan atas dasar tulus karena Allah Tuhan Yang Maha Agung.

Ilmu kantong bolong adalah pengetahuan yang dapat menembus ruang dan waktu, karena dimensi, dimensi yang berkaitan dengan ruang dan waktu telah sirna bersama asumsi dan dogma “ora nganggo mikir wayah, wadhuk, kanthong, yen ono isi lumuntur marang sesama”, sehingga yang nampak adalah sebuah konsep kebajikan yang tersembunyi di balik laku menolong sesama..

Demikianlah ilmu kantong bolong, di mana manusia meninggalkan diri sendiri (hampa), kemudian menempatkan sifat-sifat Allah Tuhan Yang Maha Agung dalam jati dirinya, sehingga yang ada adalah kemurnian kemuliaan-kemuliaan seperti menolong sesama karena Allah. Tidak ada yang tersisa dalam diri, karena semua yang ada tersalurkan kepada yang membutuhkan. Hanya sebagai tempat melintas hakikatnya segala sesuatu itu datang dari Allah, demi Allah dan kembali kepada Allah.. Itulah hakikat hidup, sebuah pengabdian panjang kepada Yang Maha Hakiki, Allah Yang Maha Satu..


Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; maka,
Kita dapat mengatasi permasalahan yang besar.


Salam,




Facebook +Google Twitter Digg Technorati Reddit

Written by : Indra Kusuma - Describe about us

Website Blog ini berisikan artikel-artikel yang berisikan tentang ilmu pengetahuan untuk berbagi baik dari pengalaman pribadi maupun dari beberapa sumber.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Artikel Terkait:

21 komentar

Saya ingin belajar Ilmu Semar Mesem bisa nggak ya?

hehhe.. saya gak paham ilmu jawa .. atau apalah...
oia bacaanya lumayan panjang jadi gak sempet paham..

Klo liat gambar diatas anak kecil dikasih sswtu aku ingat dgnku. KU juga dulu bGtu anak yatim yag serng menerima sedekah dipanggil sana sini hehee....

Memuliakan anak yatim sangatlah Beruntung... mudah2n sampai menutup mata bisa saling memberi dan berbagi aminnnn *___*

(Maaf) izin mengamankan KELIMAAAX dulu. Boleh, kan?!
Awalnya saya mengira ilmu untuk mendapatkan kekayaan secara gak wajar...

makasih mas tentang ilmunya saya jadi tau sedikit.met malam

Saya bacanya nyicil, hehe. Soalnya kepotong senyam senyum baca komentarnya Pak Mars, lucu.
Tentang ilmu kantong bolong, saya pernah didongengin itu sama Bapak, pas masih kecil dulu;

emang benar lebih baik tangan diatas drpd tangan dibwh ya ga sob?

saya harus membacanya berulang-ulang nih agar bisa bener paham dan mengerti, ternyata filsafat jawa yang sarat dengan syariat itu dalam dan sarat dengan makna ya. semoga kita semua termasuk orang 2 yang mau berbagi terhadap sesama.

Ini kan merupakan inti dari bacaan BASMALAH dalam ajaran Islam pak. Dan kalau dijabarkan lebih luas lagi mengarah ke inti Al Fatihah. Kira2 begitu menurut saya...

subhanalloh.. karena semuanya hanya titipan NYA dan harus di alirkan ke yang berhak *kira2 begitu ya :)

saya pikir dari judulnya ada cara curangnya untuk ngisi kantong yang bolong,,
ternyata kata lainnya ketika tangan kananmu memberi, usahakan tangan kirimu ga tahu,,

pengen terpin..tp gk paham bhs jowonya...piye toh>>>,,slm knl

ilmu yang keren.."kantong bolong".
mugo2 aku bakale duwe ilmu kantong bolong.amin

Subhanallah.. Keren euy..

Kantong bolong, keuangan, jabatan, gelar, semua adalah titipan Allah, "di setiap hakmu ada hak oarang-orang miskin."

tulisan yang menggugah jiwa
kantong bolong berarti semangat bersedekah
berarti semangat untuk memberi
berarti kesiapan untuk berbagi
itu adalah kunci keberkahan rejeki
salam sukses mas Sedjati...

sedj

deviasi dalam ragam pemahaman pasti ada.. back to the root adalah menggali pemahaman...i love this article

Salam sejahterah ....rahayu...

Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sukses Selalu Untuk Kita Semua.

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus