Untuk merawat dan memperbaiki kerusakan hati pada diri setiap individu manusia Allah SWT telah menciptakan Ramadhan untuk mamperbaiki dan merawat raga dan jiwa bagi setiap insan manusia. Agar manusia yang bertaqwa dan kembali kepada fitrahnya.
Tidak akan pernah terbayangkan dalam benak kita semua, bahwa di bulan Ramadhan terdapat pelayanan yang sangat prima dengan kecanggihan luar biasa dari para malaikat yang sangat prima dengan kecanggihan luar biasa dari para malaikat yang diperuntukan bagi hamba-hamba Allah SWT yang menjalankan ritual ibadah puasa wajib.
Pelayanan dan sentuhan dari para malaikat yang tidak kasat mata selalu akrab dengan orang yang menjalankan ritual ibadah puasa. Para malaikat membawa rahmat dan maghfirah yang langsung dari Allah SWT. Hal ini terus terjadi, kapan saja , manusia menghendakinya dengan penuh harapan kepada Allah SWT. Dan hal ini hanya berlaku bagi mereka yang beriman kepada Allah SWT.
Kebanyakan manusia tidak tahan melewati hari-hari pada saat manjalankan ritual ibadah puasa di bulan Ramadhan. Hal ini terjadi karena proses perbaikan diri manusia yang membongkar habis dalam hal perbaikan dan pembenahan jasmani dan ruhaniah di setiap individu manusia. Sedangkan yang menjadi aturan dalam Ramadhan pun terkait dengan perbuatan yang menjadi kebutuhan utama kehidupan manusia dalam keseharian di dalam menjalankan ritual spiritualnya dan sosialisasi di tengah kehidupan bermasyarakat.
LAILATUL QADAR
Puncak dan target utama bagi kaum muslimin yang menjalankan ritual ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah mendapatkn suatu malam sangat istimewa yang diciptakan oleh Allah SWT untuk umat Nabi Muhammad SAW, yaiyu malam Lailatul Qadar.
Pada malam yang dinilai lebih baik dari seribu bulan tersebut, setiap amalan yang dilakukan oleh umat manusia yang beriman kepada Allah SWT akan mendapatkan lipatan balasan pahala yang lipatan balasan pahala yang berlipat ganda dan setiap doanya akan didengar dan segera dikanulkan oleh Allah SWT.
Lailatul Qadar terdapat di malam ganjil sepuluh terakhir menjelang berakhirnya bulan Ramadhan. Pada malam Lailatul Qadar, para rombongan malaikat berbondong-bondong turun ke bumi sebanyak bilangan yang ada di bumi ini. Rombongan para malaikat tersebut di pimpin oleh malaikat Jibril Alaihissalam sambil mengucapkan shalawat dan salam kepada hamba-hamba Allah SWT yang melakukan ibadah ritual ibadah puasa siang hari dan di malam harinya melakukan ritual ibadah sunnah, berdzikir, baik di dalam masjid, musholah maupun di halaman lapang terbuka sambil bermusyahadah kepada Allah SWT.
Adapun mengenai ciri-ciri malam Lailatul Qadar yang diterangkan oleh Rasulullah SAW diterangkan dalam salah satu hadist qudsi, "Di mana pada malam tersebut tidak seperti biasa yang dirasakan oleh setiap individu manusia yang beriman yang menjalankan ritual ibadah puasa wajib dan sunah, dan ciri pada malam tersebut suasana terasa hening, senyap, dan terdapat turun hujan dan udara terasa dingin, alam pun menunjukan suatu fenomena yang tidak sepeti biasa".
Alam Fisikal dan Alam Ruhaniah (gaib)
Menelisik suatu dimensi pokok yang terkesan paradoksal bahwa manusia dapat merasakan fenomena dua alam sekaligus, bahkan menembus alam ruhaniyah (gaib) dan alam fisikal pada saat-saat sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan, khususnya pada malam Lailatul Qadar.
Alam fisikal berkonotasi pada alam jasmaniah manusia, sedang alam ruhaniah berkonotasi pada alam gaib. Alam ruhaniah (gaib) merupakan alam akal dan alam spiritual. Jiwa yang telah melewati cakrawala kemalaikatan akan selalu terbuka atas segala tirai kegaiban. Jiwa-jiwa yang telah menembus alam ini sangat tertarik pada keindahan alam dan sekaligus keindahan Allah SWT.
Jiwa-jiwa agunglah yang hanya dapat tersingkap atas segala kegaiban itu. Alam uhaniah selalu mengabarkan tentanf sesuatu yang sulit dipercaya, di luar jangkauan akal pikiran manusia. Alam ruhaniah merupakan alam di mana seluruh manusia yang hatinya tidak dibuka tirai-tirainya akan sangat tidak percaya, karena alam ini merupakan alam yang tidak logis. Sulit ditangkap oleh kecanggihan ilmu pengetauan, apalagi ditambah dengan kemampuan panca indera manuisa yang sangat minim.
Alam ruhabiah yabg sangat tersirat merupakan alam yang dihuni oleh orang zuhud atau orang yang melepaskan kepentingan dirinya demi "wujud" lain yang ada bersma dirinya sehingga ia "tidak ada" (gaib) dikala ia menyaksikan sesuatu bagi Yang Maha Haq (Allah SWT). Hal ini juga dapat diartikan sebagai kelenyapan dari kefanaan.
Semuanya atas dasar ijin dan kuasa Ilahi semata. Ini merupakan hal yang haq dan tidak bertolak belakang dengan kabaikan. Tahapan dari kegaiban dalam konteks ini tidak hanya terbatas pada kelenyapan manusia dari yang fana, hingga dapat menjemput yang hakiki, dengan pengetahuan yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT kepadanya. Masih ada hal lain yang berhubungan dengan kelenyapan mausia dari yang dana, yaitu kefanaan dari yang yang lebih fana, kegaiban dari segala yang gaib.
Kelenyapan semacam ini hanya ada dala Dzat Allah SWT yang bersifat. Maha Gaib sedangkan kefanaan dari segala hal yang lebig fana merupakan kegaiban yang lebih sublim dan ini merupakan puncak dari kegaiban itu sendiri. Jelasnya, kegaiban yang sejatinya masih memiliki sekat itu merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada dalam alam ruhaniah, sedangkan puncak segala kegaiban di malam Lailatul Qadar itu merupakan momentum pertemuan antara manusia dengan Allah SWT secara langsung dan para malaikat menjadi saksi dan ikut serta memohonkan atas ssegala doa dan permohonan dari setiap hamba-hamba Allah SWT yang langsung berdoa kepada Allah SWT, dan hal tersebut dapat dirasakan menyatunya diri kita beserta Allah SWT, dan hal tersebut akan dirasakan menyatunya diri kita beserta Allah SWT dalam setiap tarikan nafas, dan merasakan naiknya doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT, langsung naik pada Lauh al Mahfudz.
Kegaiban bukanlah benda yang mudah untuk dipercaya dan diyakini, apalagi terhadap sesuatu yang terlampau bohong untuk diketahui. Bahwa kegaiaban secara hukum fisikal merupakan hukum-hukum syariat
yang memang termasuk untuk kehidupan fisik haruslah dipisahkan. Kegaiban tidak mempunyai hukum yang konkreat dan disepakati oleh akal rasional.
Alam gaib tidak membutuhkan pada kenikmatan fisik, karena kenikmatan itu pada akhirnya akan lenyap dengan sendirinya. Kenikmatan yang ada di alam fisik sejatinya merupakan obaan yang diperlihatkan oleh Allah SWT. Kenikmatan di alam gaib bagai buah yang tidk ada tandingan rasanya. Orang yang telah memakannya, maka ia akan merasakan betapa buah itu membuatnya tidak menoleh pada apapun selain dirinya. Ia tidak tahu lagi bagaimana dengan takdir Allah SWT terhadapnya. Ia hanya pasrah atas dasar selalu lelap dengan kenikmatan alam ruhaniah.
Alam ruhaniah yang tersurat merupakan seuatu yang ada dalam akal, tetapi tidak seperti yang dimiliki manusia yang eksistensinya lebih bersifat murni, akal yang jernih, yang tercerahkan oleh cahaya intelijensi dengan cahaya Ilahi. Dalam angapan dan konsepsi manusia, akal murni lebih dalam daripada akal manusia. Akal murni leih dalam daripada akal yang manusia pakai dan dibawa ke mana saja ia pergi, karena akal murni lebih kosong dan tidak diisi dengan pikiran-pikiran dan imajinasi kotor seperti akal murni.
Alam ruhaniah yang biasa dihini oleh para kalangan spiritual merupakan alam yang dikonotasikan sebagai alam jin. Kata jin berasal dari bahas sansekerta, yaitu "janne" yang berarti "pengetahuan". Jika memang demikian adanya, maka alam gaib tidak ubahnya sebagai pengetahuan atau pengetahuan yang luas akan alam akal manusia yang memang tidak berujud secara fisik. Jika demikian, dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan bahwa alam jin merupakan alam akal, dimana setiap kepala memilikinya.
Segelintir orang saja yang mampu atau dapat menembus alam ruhaniah (gaib). Karena tidak seorang pun yang dapat menembus alam itu, kecuali wliyullah yang memang diberikan suatu keistimewaan dapat mengetahui segala yang gaib dari Allah SWT. Dan dari semua Waliyullah tidk secara kesluruhan yang dapat menembus alam gaib, apalagi seseorang yang selain wliyullah.
Seperti yang diyakini oleh akal murni merupakan alam di mana pengetahuan atau pemahaman yang diperoleh lebih luas daripada akal manusia. Yang dimaksud dalam hal ini merupakan retakan-retakan pengalaman dalam perjalanan spiritual seseorang. Seperi juga pada keyakinan kita, bahwa pengetahuan akan ilmu daan sekaligus pemahamannya yang mendalam dari objek tersebut merupakan subjek yang terangkum dalam akal manusia. Tremasuk orng-orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tinggi terhadap dunia keilmuan dapat digolongkan pada tingkatan ini.
Pengetahuan yang dapat diperoleh akal manusia merupakan pengetahuan yang sifatnya jasmaniah, sedangkan pengetauan yang dapat diperoleh oleh akal murni merupakan pengetahuan yang sifatnya ruhaniyah (gaib) di sini merupakan pengetahuan secara fisika. Sedangkan pengetahuan yang sifatnya ruhaniyah merupakan pengetahuan metafisika.
Letak dari alam ruhaniah merupakan pada ketinggian akal murni atau ketinggian ilmu kejiwaan (metafisika) seseorang. Ini merupakan suatu prestasi bagi para pelaku spiritualis yang dapat tembus pandang dan hal ini merupakansuatu prestasi kejiwaan Yang mana seorang spiritualis dapat membenahi hal ini dapat dicapai dengan mudah tentunya seijin ridho Illahi.
Alam Akal Murni.
Alam akal murni sebagai mana juga jiwa seseorang merupakan piranti untuk membukakan mata hati hingga dapat menjangkau alam gaib. Mata hati menandakan terbukanya sesutu tirai atau tedeng aling-aling yang menyekat antara alam gaib dengan alam fisik.
Orang yang mata hatinya terbuka merupakan orang yang dapat melihat sesuatu yang terdapat dialam gaib, mengetahui yang telah berlalu dan bahkan yang belum terjadi . Hal ini berhubungan dengan kedalaman dan kerjihan jiwa dan pikiran, karena tidak satu pun orang yang benar-benar cinta Allah SWT kecuali dia yang jernih jiwanya dari hal-hal yang kotor dalam hati dan pikirannya.
Jika fisik merupakan alam Allah SWT, maka ruhaniyah (gaib) merupakan nafas Allah SWT. Nafas yang satu ini merupakan pusat nafas yang disebut nafas kehidupan, nfas jiwa. Jiwa yang melanglang buana, sesuatu yang datang dri langit, berfungsi bagi penguasaan terhadap alam ruhaniah. Orang yang dapat tembus alam ruhaniah dengan jiwa ketuhanannya, dapat menguasai jin dan makhluk halus yang bejat sekalipun. Mereka juga dapat berpapasan langsung dengan para malaikat dan para ruh pendahulu, juga ruh para nabi.
Alam ruhaniah dan alam fisik bagai satu mata uang dengan gambar berbeda dari 2 sisi. Alam ruhaniah dihuni oleh makhluk Allah yang diciptakan dari benda halus, tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata, sedang alam fisik sebaliknya. Jika alam ruhaniah merupakan manifestasi dari penglihatan secara fisikal. Alam ruhaniyah erat pula kaitannya dengan aam fisik. Makhluk hidup di alam fisik dapat menembus alam gaib, begitu juga sebaliknya. Sehingga pengetahuan akan keduanya saling dibutuhkan.
Sejatinya alam fisikal yang termanifestasi oleh alam dunia, hanya merupakan perangkat menuju pada memenuhan tujuan kebahagiaan tidak terbatas di akhirat kelak. Itulah hakikat dari keberdaan alamfisik. Manusia idup di dunia bukanlah bertujuann untuk hal keduniaan, tetapi jalan untuk menciptakan kemerlapan bagi dirinya sendiri di akhirat.
Kebebasan kehendak bagi manusia merupakan bentuk keniscayaan yang perlu disyukuri. Karena dengan kebebasan manusia dapat mengambil masing-masing. Tetapi bahwa jalan itu tertumpu pada titik pusat yang sama, yaitu ke hadirat dan ridho Allah SWT itu sendiri.
Salam,
FENOMENA ALAM FISIKAL, ALAM RUHANIAH DAN ALAM AKAL MURNI
Posted by Unknown
Posted on 17.57
with No comments
Written by : Indra Kusuma - Describe about us
Website Blog ini berisikan artikel-artikel yang berisikan tentang ilmu pengetahuan untuk berbagi baik dari pengalaman pribadi maupun dari beberapa sumber.
Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::
Artikel Terkait:
Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sukses Selalu Untuk Kita Semua.