SASAHIDAN

Sasahidan merupakan istilah untuk orang Jawa untuk syahadat makrifat. Syahadat yang diucapkan secara lhiriah hanyalah keaksian teologis atau pengakuan orang yang mengucapkan itu sebagai muslim.
Syahadat merupakan baiat bagi orang yang baru memeluk agama Islam. Islam datang untuk membebaskan dan bukan membelenggu. Islam datang untuk membebaskan dari belenggu yang membebani manusia.

Kata Sasahidan berarti syahadat. Namun ini bukanlah baiat atau kredo untuk menjadi seeorang yang beridentitas muslim. Sasahidan merupakan pelajaran bagi orang-orang yang beringin menaklukkan tuntutan ragawinya atau orang-orang yang ingin ke luar dari kampung hawa nafsu, agar merek dapat dengan sunguh-sungguh menaati perintah Allah Subhanahu wata'ala dan RasulNya.

Hanya orang-orang yang menaati Allah dan Rasulnya yang akan hidup bersama-sama orang yang di anugerahi Allah SWT kenikmatan sebagaimana anugerah itu diberikan kepada Nabi yaitu siddiqin, syuhada dan sholihin.

Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan kalau kami perintahkan kepada mereka : "coba korbankan dirimu atau coba tinggalkan kampung halamnmu !" Mereka tidak melakukan itu kecuali hanya sebagian kecil saja dari mereka. 

Kalau mereka melakukan apa-apa yang diajarkan tentu lebih baik, bahkan akan lebih menduakan keimannya. Dan orang-orang yang mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya, mereka dalam deretan orang-orang yang diberi karunia oleh Allah SWT, yaitu para Nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang baik-baik. Dan mereka adalah sahabat yang sebaik-baiknya..." (QS. Annisaa (4) : 66, 69 )

Secara singkat orang yang selamat hidupnya tapi pada level terendah adalah sholihin. Dan hanya mereka yang sudah hidup di level inilah yang menjadi akhli waris sah di bumi ini.

"Dan sesungguhnya telah kami tulis di dalam Zabur setelah menulisnya pada Lauhul Mahfuzh, bahwa bumi ini dipusakai oleh hamba-hambaku yang sholeh". (QS : Al-Anbiya (21) : 105 ). 

Bilamana kita sadar dan menyadari makna kehidupan tentunya kita tidak ingin menumpang dengan cara gratisan. Setiap orang dituntut menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang dilakukan. Bertanggung jawab bukan dalam makna responsibilitas (sekedar beredia memikul tanggung jawab), tapi dalam makna accountabilitas (tanggung jawab dengan penjelasan yang kongkrit).

Manunggaling Kawula Klawan Gusti

Sasahidan juga berati memahai dengan benar Manunggaling Kawula Klawan Gusti, yaitu menyatunya hamba dan Tuhan seperti menyatunya unsur emas dan unsur tembaga, tetapi semburatnya cahaya dari kedua logam itu. Yang menyebabkan sinar yang memancar itu bukanlah sinar tembaga tetapi sinar emasnya.

Bersatunya hamba dan Tuhan yang berarti bersatunya kodrat dan irodatnya. Artinya sampai pada tahapan hidup tertentu, hamba hanyalah wadah bagi kodrat dan iradat Allah SWT. Jika Allah mencintai hamba-Nya, maka segenap laku hamba-Nya iu merupakan manifestasi tindakan Allah dan orang yang melakukan "klaim" bahwa ia bertindak atas nama Allah SWT, sabda luhur atau firmn agung baik yang tertulis maupun yang berrsifat tutur tinular (disebarkan secara lisan) dan dalil-dalil alam itu sendiri.

Dalam serat Dewa Ruci perumpamaan hamba dan Tuhan itu digambarkan dengan indah sekali, yaitu diumpamakan sebagai bersatunya kayu dan api pada bara. Ketika kita melihat bara, maka kita tidak bisa lagi menyebut mana kayu dan mana apinya. Pada kondisi demikian, Allah SWT sudah tidak bisa disebut lagi oleh si hamba. Hilanglah dualitas hamba dan Tuhannya.

Pada zaman para Wali Sanga, ajaran ini merupakan suatu alat dakwah untuk mensyiarkan agama Islam di tanah Jawa, karena tidak luput oleh perpaduan budaya masyarakat setempat, seperti yang dijalankan oleh para wali songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa dengan kaakhlian masing-masing untuk menarik simpati masyarakat penduduk setempat. Sasahidan yang diuraikan di atas merupakan jalan sufi yag dilakukan Syekh Siti Jenar.

Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; maka

kita dapat menyelesaikan permasalahan yang besar

 

Salam,