PANCASETYA SEBAGAI PONDASI CITRA DIRI PEMIMPIN

Pancasetya berasal dari bahasa Jawa. Pancasetya merupakan perintah untuk berbuat dan bertindak kebajikan. Yaitu, perbuatan baik yang sudah dikenal dan diketahui oleh masyarakat. Dalam bahasa agama disebut amar makruf, yang berarti merupakan wujud kesholehan dalam hidup. Sesuatu yang makruf itu merupakan wujud dari kearifan lokal.

Sering kesholehan lebih banyak diukur dari penampilan formal ibadahnya. Akhlak yang menjadi tujuan agama sering dilupakan oleh kita. 

Bukankah Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia ?

Bila kita mendengar hadist tersebut diatas, biasanya kita ini pasti langsung mengiyakan. Akan tetapi, kalau kita lihat orang yang baik budi pekertinya, dan orang itu tidak tampak rajin beribadah, kita mulai bersungut-sungut. Kedengkian menjalari hati kita. Diam-diam terbesit dalam hati; “Percuma berkelakuan baik bila tidak sholat”.

Pasti ada sesuatu yang tidak beres dalam otak orang tersebut bila masih memiliki penilaian tersebut, dikarenakan tidak dapat membedakan mana yang utama untuk kesejahteraan bersama, dan mana yang hanya semata-mata untuk pribadi

Kesholehan umat beragama harus terwujud dalam kehidupan sosial. Harus hadir dalam kehidupan masyarakat. Tidak ubahnya dengan syariat, tarekat pun hanya cara membangun kematangan spiritual.

Jika syariat untuk membangun kedisiplinan hidup; maka,
 tarekat untuk membangkitkan kesadaran dan kematangan spiritual.

Sesuatu yang makruf itu merupakan wujud dari kearifan lokal. Artinya, apa yang makruf di Jazirah Arabia, belum tentu makruf di Jawa. Dan sebaliknya. Islam di bumi Nusantara Indonesia khusunya tanah Jawa diperkenalkan sesuai dengan kemakrufan yang dipahami masyarakat Jawa, bukan yang dikenal oleh masyarakat Arab, India, Cina, atau lainnya. Dalam kemakrufan lokal dikenal dengan nama “Pancasetya”.

http://ejawantahnews.blogspot.com/2011/01/pancasetya-sebagai-pondasi-citra-diri.html


Pancasetya terdiri dari setya budaya, setya wacana, setya semaya, setya laksana, dan setya mitra. Dalam hal ini, bertindak bijak merupakan ketaatan atau pemenuhan janji untuk berbudaya, berwacana, bersemaya, berlaksana, dan bermitra dalam kehidupan masyarakat.

A.    SETYA BUDAYA.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita harus dapat menaati dan menghormati budaya. Lebih-lebih bagi para pejabat negeri. Karena budaya merupakan rahim dari suatu masyarakat atau etnik. Tanpa adat dan budaya suatu etnik atau bangsa niscaya akan punah.

Budaya merupakan proses belajar.
Dengan budayanya manusia mencoba mengatasi alam lingkungan
Hidupnya untuk kesejahteraan hidup.
Dalam budaya suatu masyarakat menciptakan
Nilai-nilai keluhurannya
Dan, selanjutnya nilai-nilai itu diwariskan.

 Manusia belajar keindahan melalui budaya masyarakatnya. Kebenaran dan kebajikan subjektif diperoleh seseorang dari budaya tempat tinggalnya.

Bahkan agama pun mula-mula di dapati dari budaya masyarakatnya. Baru di kemudian hari ia dapat belajar agama yang berada di luar lingkup budayanya.

Budaya tidak bersifat statis. Jika budaya itu bersinggungan dengan budaya asing, tokoh-tokoh masyarakat yang ada di dalam suatu budaya biasanya mengatasi tantangan hidup masyarakatnya, dengan cara memfilter atau menyaring budaya asing. Dilakukan paduan-paduan budaya sehingga lahirlah budaya baru. Dan rasa yang ada pada budaya baru itu dapat diterima demi kesejahteraan lahir dan batin masyarakatnya.

Agama pun lahir dari suatu budaya. Memang benar, kitab suci itu diakui oleh pemeluk agamanya sebagai wahyu Ilahi. Namun wahyu itu untuk pertama kalinya justru diterapkan pada budaya tertentu.

Agama Islam misalnya, untuk pertama kali diterapkan pada masyarakat di Jaziarah Arabia. Agama Hindu dan Budha pertama kali diamalkan di India. Sedangkan agama Yahudi dan Kristen mula-mula diamalkan di kawasan Palestina dan negeri-negeri sekitarnya.

Kitab suci lahir melalui seseorang yang disebut nabi, rasul, avatar atau orang yang diakui telah menerima berita dari Tuhan. Salah satu fungsinya, untu memperbaiki kualitas budaya tempat nabi itu dilahirkan. Karena itu, rasul-rasul itu di utus Tuhan dengan menggunakan bahasa, budaya, masyarakat, atau bangsanya. Agar misi atau pesan yang dibawa itu bisa diterima masyarakat atau bangsa itu sendiri. Kenyataannya agama dapat berkembang di suatu masyarakat bila agama itu diajarkan berdasarkan budaya yang ada.

Dengan setya budaya kita harus dapat hidup bersama tanpa menghancurkan budaya yang ada. Justru agama harus dapat melahirkan kekuatan baru untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Contoh : wayang kulit. Sebelum ada agama Hindu dan Budha, di Jawa sudah ada wayang kulit. Oleh tokoh masyarakat Jawa Hindu dan Budha wayang kulit itu telah diisi dengan cerita-cerita Hindu, tapi dengan sisipan tokoh-tokoh Jawa seperti Semar, Bagong, Gareng, Petruk, Bilung, dan lain-lainnya. Dalam cerita itu, keluarga semar merupakan tim penasihat bagi Pandawa.

Dalam pentas wayang kulit, salah satu tokoh wali sanga yaitu Sunan Kali Jaga melakukan kreasi baru dalam cerita sebagai alat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Induk cerita tetap dari India, yaitu baik yang berasal dari kisah Ramayana maupun Mahabharata, tetapi makna kisah itu lah yang telah di Islamkan. Contoh : Pendawa yang beranggotakan lima orang dan penegak kebenaran itu diangkat oleh Sunan sebagai lambang “rukun Islam” yang lima. Dharmakusuma sebagai putra Pandu yang pertama diberi jimat yang disebut kalimasada alias kalimat syahadat. Bima yang selalu berdiri tegak dan kokoh dilambangkan sebagai rukun Islam yang kedua, yaitu sholat. Arjuna yang senang bertapa dilambangkan sebagai puasa, sedangkan Nakula dan Sadewa sebagai lambang zakat dan haji.

Wayang kulit digunakan sebagai sarana untuk berdakwah oleh Sunan Kali Jaga. Dengan menghormati budaya Sunan Kali Jaga berhasil mengajak orang Jawa untuk memeluk Islam. Cukuplah dengan melalui budaya itu sendiri jalan berdakwah Sunan Kali Jaga berhasil mengajak orang untuk memeluk gama Islam.


B.     B. SETYA WACANA
          Memegang teguh ucapannya. Satu kata dan perbuatan. Apa yag diperbuat sesuai dengan yang dikatakan.

     Sebagai manusia kita bukan hanya menghindari perbuatan bohong, melainkan kita harus setya wacana. Kita harus bertanggung jawab dengan apa yang kita ucapkan. Bukan pagi kita bicara A dan sore kita bicara B. Bukan sekadar sebagai pemanis untuk menarik hati orang. Inilah cara membangun kepercayaan.

     Rusaknya kehidupan dalam masyarakat dan Negara karena banyaknya pejabat yang berbicara tidak sesuai dengan perbuatannya. Zaman sekarang ini tampaknya kita kesulitan mencari pemimpi yang setya wacana. Pemimpin yang sekata perbuatan dan ucapannya

     Banyak orang yang pandai bicara, tetapi tidak pandai bekerja. Udah bicaranya, tetapi sulit melakukannya. Memang kita perlu proses pembelajaran untuk menyatukan kata dan perbuatan. Lebih-lebih untuk menghadapi persaingan global dewasa ini

     Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; dimulai dari diri kita sendiri dan lingkungan keluarga inti, kita dapat mengatasi keterpurukan yang terjadi di lingkungkunan sekitar kita. Bila hal ini disadari bagi setiap insan manusia maka akan berdampak baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.


C.    C. SETYA SEMAYA

     Dalam kehidupan ini kita harus senantiasa menempati janji. Janji merupakan uapan kesediaan atau kesanggupan untuk memberikan sesuatu. Dalam bahasa hadist, janji merupakan hutang, karena itu janji harus dipenuhi.

     Setya semaya merupakan moral yang luhur. Menepati janji merupakan salah satu ciri orang beriman. Karena itu mengingkarinya disebut munafik. Setya semaya atau menepati janji merupakan landasan yang kokoh untuk membangun bangsa dan Negara.


D.    D. SETYA LAKSANA

     Dalam kehidupan ini kita harus bertanggung jawab terhadap tugas yang kita pikul. Seorang pemimpin harus disertai dengan memenuhi kewajiban melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya, ada tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya. Baik sebagai seorang pemimpin di dalam rumah tangga, lingkungan, umat, dan petugas Negara.

     Tanggung jawab memang bukan perkara ringan. Ini perkara berat. Lebih-lebih tanggung jawab dalam membangun Negara. Tentu amat berat ! Untuk dapat memenuhi setya laksana. Seorang pemimpin  tidak saja bertanggung jawab, tetapi juga harus mampu menjelaskan tindakan-tindakan yang diambilnya, alias accountable.


E.     E. SETYA MITRA

     Dalam kehidupan ini yang harus dibangun adalah persahabatan dan kesetiakawanan. Dalam bahasa modern sekarang ini kita bangun dalam kehidupan social adalah partnership atau kemitraan.

     Namanya setya mitra, maka jika kita perlu hidup prihatin, yang harus memberi contoh adalah pihak yang memimpin. Sulit rasanya bila kita diperintah untuk mengencangkan ikat pinggang, bila pemimpinnya dalam suasana hidup mewah.

     Setia kawan tidak bisa dibuat dengan basa-basi. Setia kawan harus diwujudkan secara sungguh-sungguh. Karena setia kawan atau setya mitra merupakan wujud dari nasionalisme yang sebenarnya.

Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; maka, bangsa ini dapat
mengatasi permasalahan yang besar.


Salam,






Facebook +Google Twitter Digg Technorati Reddit

Written by : Indra Kusuma - Describe about us

Website Blog ini berisikan artikel-artikel yang berisikan tentang ilmu pengetahuan untuk berbagi baik dari pengalaman pribadi maupun dari beberapa sumber.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Artikel Terkait:

19 komentar

alangkah damainya negeri ini jika setiap insan bukan hanya sekedar memahami Pancasetya tapi juga benar2 mampu mengaplikasikannya...

Salam hormat. Terima kasih atas kunjungan ke blog saya, semoga pak indra tetap berkenan berbagi dan membimbing saya

tapi apakah semua itu telah kita laksanakan sebagai hidup berbangsa dan bernegara ya?khususnya bagi pemimpin kita?

terima kasih atas kunjungan pak indra ke blog saya
postingan yang bermanfaat pak :)

salam kenal,pk,,berbagi ilmu denganku,,kunjungi blogwalking ke http://yoyon12.wordpress.com

Semoga lima pedoman dasar ini bisa dijadikan inti ajaran utama dalam mengatasi masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terimakasih telah berkenan berbagi.

terima kasih share ilmunya Pak.. semoga bisa bermanfaat untuk mengingatkan pada setiap pembacanya.. :-)

menarik
blue suka ini
salam hangat dari blue

baru tahu ni :D
salam kenal yaa..

mantap pa indra, jelas...lugas...terima kasih berbagi ilmu pengetahuannya.

Pancasetya ternyata ada dalam Islam
kunjungan perdana
salam kenal

tapi yang jelas kita tidak boleh keluar dari Al-Qur'an dan As-Sunnah ya Ust....
maaf ust. kita kan tidak boleh menjadikan budaya sebagai agama. gmn nih sampai sekarang banyak budaya yang dulunya dijadikan alat untuk dakwah malah dianggap sebagai ritual agama oleh masyarakat awam kita?!

Salam kenal

Tulisan bagus mencerahkan, kita tak akan pernah bisa memberikan apa yang kita tidak punya. Untuk berinfak kita harus beruang. Untuk mengajar kita harus berilmu. Untuk melindungi kita harus kuat. Lalu, untuk memimpin apa yang mesti kita punya? Citra diri sebagai manusia merdeka! Citra diri sebagai manusia merdeka merupakan prasyarat menjadi manusia pembelajar, pemimpin pembelajar, satu-satunya spesies pemimpin yang mampu mentransformasikan dirinya menjadi pemimpin jenjang kelima. Dalam konteks ini, citra diri sebagai manusia merdeka menyediakan fondasi yang kokoh bagi terbangunnya mental pembelajaran (learning mental).

pasti makmur dan sejahteranya negri kalau pemimpinya memahami ini..
lamz knal ka.

salam sobat
pasti aman,nyaman dan damai juga tidak ada mavia pajak serta pelanggaran hukum,bila pancasetya ini sebagai pondasi citra diri seorang pemimpin.

salam kenal yah...
makasih karena sudah berkunjung dan sudah follow
http://f4dlyfri3nds.blogspot.com

seandainya kita semua bisa benar-benar menerapkan Pancasetya tersebut dalam kehidupan kita, dan juga para pemimpin bangsa ini bisa menjalankannya.

wah wah opini bagus mas... dimasukan koran gitu yuk biar dibaca sama orang2 atas

waduh. akhirnya muncul juga kolom komen nya... susah banget mau komen disini... bolak balik refresh gak bisa juga....

saya suka artikel ini, kadang banyak orang yang rajin ibadah tapi akhlaknya amburadul... mendingan yang biasa aja, tapi gak meresahkan masyarakat... :) imho

Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sukses Selalu Untuk Kita Semua.

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus