DAUN, PLASTIK DAN STYROFOAM BAGI KEHIDUPAN MANUSIA


Daun, plastik dan styrofoam merupakan wadah atau tempat yang sering dipergunakan oleh masyarakat kita untuk membungkus. Baik itu untuk membungkus makanan matang atau pun mentah.

Hal ini mengingatkan penulis pada saat di usia kecil. Dulu kita mengenal daun untuk membungkus berbagai bahan makanan, baik itu makanan mentah maupun matang. Para pedagang sering menggunakan daun untuk membungkus barang yang didagangkannya.

Kertas Berlapis Plastik
Apalagi jenis makanan tradisional, selalu kita temukan dalam keadaan dibungkus daun oleh para pedagangnya, seperti ; gado-gado, rujak, nasi pecel, sate, tahu goreng, serta makanan berupa kue-kue jajan pasar, seperti ; lontong, arem-arem, kue pisang, kue bugis, dan kue unti. Hampir semua kue-kue jajan pasar itu dibungkus daun pisang. Biasanya makanan kue jajan pasar tersebut dibungkus oleh daun pisang yang masih muda.

Bahkan bahan makanan pun seperti daging mentah, ikan, dan tahu dibungkus dengan berbagai daun. Biasanya untuk ikan dibungkus dengan menggunakan daun jati, untuk daging dibungkus dengan menggunakan daun pepaya, dan untuk tahu serta tempe dibungkus dengan menggunakan daun pisang.

Walau kini untuk membungkus sebagai wadah makanan matang atau pun bahan makanan mentah sudah jarang sekali kita melihat orang menggunakan daun sebagai bahan pembungkusnya, dan sudah banyak beralih kepada plastik atau pun styrofoam.

Entah kapan dan siapa yang memulai peralihan dari daun ke plastik dan styrofoam sebagai pembungkus makanan matang atau pun bahan makanan. Mungkin dikarenakan kini untuk mencari daun sebagai pembungkus makanan sudah mulai sulit, dan tidak mudah. Atau.... banyak yang menggunakan cara lebih mudah dan menghemat waktu dan uang.

Jelasnya, daun pembungkus makanan yang saat sekarang ini di tempat kota penulis tinggal (Jakarta) menjadi sulit dicari. Kalau pun ada, itu pun hanya didapat di sebagian pasar tradisional saja. Jika kita ingin membeli, maka kita harus memesan terlebih dahulu.

Menurut pendapat penulis secara pribadi, dan dari hasil bincang-bincang warung kopi. Ternyata makanan matang atau pun bahan makanan yang terbungkus oleh daun rasanya lebih enak dari pada makanan matang atau pun bahan makanan yang dibungkus dengan plastik atau pun styrofoam. Karena kita akan menemukan aroma dan rasa has yang berbeda.

Bila kita melakukan perjalanan menuju daerah yang masih banyak menjual masakan tradisional, kita selalu menemukan makanan masak yang dibungkus oleh daun. Para pedagang makan tradisional yang konservatif tersebut tetap mempertahankan dengan menggunakan daun sebagai pembungkusnya. Menurut mereka, makanan yang dibungkus dengan daun pisang lebih gurih, harum, dan tahan lama dibandingkan bila mereka menggunakan bahan pembungkus dari plastik. Apalagi bila makanannya dihidang sewaktu masih panas. Dan alasan lain yang penulis dapatkan dari mereka adalah, dengan menggunakan daun tidak akan merubah rasanya.

Dari beberapa sumber artikel yang penulis baca, menurut penelitian baik plastik maupun styrofoam yang berasal dari bahan kimia, sangat berbahaya untuk pembungkus bahan makanan, apalagi makanan matang atau makanan yang masih panas.

Namun dengan perjalanan waktu yang padat, semua serba ingin cepat dan praktis, kebanyakan masyarakat kota sepertinya sudah tidak ambil peduli tentang hal ini. Banyak diantara mereka yang menyukai makanan modern maupun tradisional yang dibungkus dengan menggunakan kedua bahan tersebut. Bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan terjadi suatu perubahan dalam pertumbuhan kesehatan masyarakat yang buruk.

Walau hal ini sudah menjadi ilmu maklum ditengah masyarakat kita. Tidak ada salahnya bila kita bisa merubah dari hal yang kecil melalui diri kita dan orang-orang terdekat kita terlebih dahulu. Jangan sampai hal ini menjadi kesalahan yang turun-temurun dalam hal pembiaran dan akan berdampak pada kesehatan kita dikemudian hari.


Salam,


Facebook +Google Twitter Digg Technorati Reddit

Written by : Indra Kusuma - Describe about us

Website Blog ini berisikan artikel-artikel yang berisikan tentang ilmu pengetahuan untuk berbagi baik dari pengalaman pribadi maupun dari beberapa sumber.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Artikel Terkait:

21 komentar

Bagaimanapun, daun (yang digunakan sebagai pembungkus makanan) jauh lebih menyehatkan dan maknyoss, tanpa efek samping apapun. Dan sampahnya bisa dipakai pupuk, tidak seperti styrofoam. Dia tidak dapat hancur. Selamanya akan menjadi sampah :)

Waaah, Mas Indra.. Saya jadi kepengen makan pecel yang dibungkus daun pisang nih, hehe..

@ RZ Hakim >>> he....x9 memang benar Kang apalagi pecel yang dibungkus pakai daun pisang. Maknyos... rasanya deh Sukses selalu ya Kang !

Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Indra...

Memang benar, penggunaan daun kini sudah jarang digunakan oleh pedagang yang menjual bahan mentah atau dimasak. Keadaan ini mungkin disebabkan kurangnya daun pisang atau lain-lain daun akibat dari kemusnahan alam yang semakin berleluasa.

Saya sangat suka makan nasi lemak beralaskan daun pisang kerana bisa mengekalkan aroma serta keenakannya.

Mudahan penyimpanan makanan beralaskan daun dapat digunakan semula untuk kebaikan kesihatan berbanding plastik dan styrofoam yang mengundang pelbagai implikasi ke atas kesihatan di mana makanan cepat busuk dan basi disebabkan oleh pengeluwapan habanya.

Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. :D

@ webctfatimah >>> kalau disana nasi lemak ya Bun, kalau di Jakarta terkenal dengan dengan nasi uduk. Semoga ini bermanfaat untuk sesama. Terimakasih Bun telah memberikan komentarnya. Sukses selalu.

Kondisi yang memaksa lebih rapi, lebih berkelas akhirnya plastik dan styrofoam menjadi pilihan .. padahal toh kemasan itu kelak menjadi sampah .. Dan saya yakin biayanya masih tinggi. Toh daun pisang dan daun jati masih melimpah ruah.
Betul .. setuju harus mulai dari kita sendiri walau kadang susah untuk menolaknya apalagi di perkotaan.
Trims.
Salam :)

@ yayats38 >>> sama-sama Sob. Dan sukses selalu.

Bukan hanya daun Pak, di daerah saya ada yang disebut "PIPITI", sebuah wadah yang terbuat dari ayaman bambu sederhana digunakan kalau mengirimkan makanan baik mentah atau matang, tapi...itu tadi sekarang sudah jarang ditemui dan sudah tergantikan sama plastik dan styrofoam

@ Dadan Darmawan >>> Terimakasih Kang sudah menambah informasi pengetahuan tempat yang terbuat dari anyaman bambu yang namanya "PIPITI" semoga ini akan menambah pengetahuan kita bersama. Sukses selalu.

benar sekali Pak, sekarang orang lebih banyak mengandalkan plastik dan kresek untuk membungkus apapun termasuk makanan, padahal kresek itu hasil dari daur ulang yang nggak bisa njamin kesehatan.

Jaman dulu bukan hanya daun pisang yang akrab dengan pembungkus, karena daun jati juga dipakai sebagai alat pembungkus

kalau untuk daun, mungkin karena semakin jarang dan orang budayanya ingin yg cepat dan instan. sedangkan industri plastik semakin berkembang.
klo saya pribadi, sudah tak pernah menggunakan styrofoam, tak pernah beli ke warung yg bungkusnya pake styrofoam

paling bagus dibungkus dg daun pisang ya.

Salam Takzim
Setuju kang dengan pembungkus zaman dulu asal jangan pakai daun zaman dulu kang sudah lapuk hehehe
Undangan di facebook saya jadiin tulisan lho kang biar belajar nulis lagi hehehe
Salam Takzim Batavusqu

Aku juga paling suka kalo dibungkusnya pake daun pisang :)

padahal sih emang udah tau, Pak mana yg baik dan yg gak baik. tapi terkadang kebutuhan mengalahkan akal/logika :D

kalau di rumah di daerah Jombang, saya setiap pagi selalu sarapan pake nasi pecel yang dibungkus daun mas ^^

tapi ada juga yang jualan nasi pecel dibungkus kertas minyak, tapi rasanya lebih enak yang pake daun

salam kenal ya mas ^^
baru ngunjungi pertama nih

Saya jg masih suka kalau bungkus daun ...

pakai piring aja jadi gak harus dibuang ya hehehe

Semoga beberapa tahun mendatang kita tak mengalami penyakit apapun akibat bahan-bahan kimia yang masuk ke tubuh kita yang berasal dari penggunaan plastik dan styrofoam.

Di Madiun aja susah cari pecel pincuk daun pisang..
Yang sering sih pecel dibungkus kertas yang dilambari sedikit daung pisang... malahan banyak yg tanpa dilambari daun pisang sama sekali.
Padahal pecel pincuk daun pisang tuh rasanya enak sekali... hadeehhh kok jadi laper ya?
qiqiqi

semua masalah kepraktisan tentu saja. sampai kapanpun orang yang idealis ingin melestarikan bumi akan melawan industrialisasi

Sekedar usul, kalo diset supaya tidak pakai captcha bagaimana? kadang sulit membacanya terima kasih

Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sukses Selalu Untuk Kita Semua.

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus