MENGUNGKAP BANGSA ATLANTIS MELALUI KEINDAHAN INDONESIA

Sebagai orang yang dilahirkan di negara Indonesia penulis sangat bangga dan selalu bersyukur kepada Tuhan, walau dalam keadaan kehidupan sosial politik saat ini. Penulis mengajak kepada para sahabat untuk melihat negeri Indonesia dengan segala keunikan budaya yang dimilikinya, yang mana negara lain tidak memilikinya. Indonesia ibarat sebuah belahan dunia yang menjadi pilihan Tuhan yang sangat spesial, dikarenakan kita berada di tanah yang sangat subur. Dimana di atasnya tumbuh dan berkembang berbagai keragaman kehidupan
Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan suku dan adat istiadat yang berbeda, kekayaan alam yang berbeda, namun sangat kaya sehingga tidak heran jika dari jaman dahulu berbagai negara Eropa berebut kekuasaan untuk menjajah Indonesia. Indonesia yang hanya memiliki sebuah kehidupan certita tentang kehidupan di salah satu belahan surga yang dapat dinikmati oleh setiap makhluk hidup yang ada di dunia.

Hal ini mengingatkan penulis kepada sebuah cerita Plato mengenai sebuah dunia yang hilang . Benua yang diyakini oleh Plato 2500 tahun yang lalu, merupakan benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis dengan peradaban yang sangat tinggi dan alamnya yang sangat kaya, seperti surga. Dunia itu kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi. Bencana yang dianggap oleh Plato sebagai hukuman para Dewa. Dan kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa oleh banyak orang hingga kini. Upaya penelusuran untuk menemukan dunia yang hilang ini terus pula dilakukan oleh para akhli dan petualang guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.

Pencarian negeri yang hilang dilakukan dibeberapa tempat, seperti di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea, sampai ke daerah kutub Utara. Namun, pencarian ini sama sekali tidak menemukan hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah merupakan negeri dongeng belaka.

Namun, dari catatan daftar pustaka penulis yang menarik disini. Penulis mencatat dalam sebuah buku yang berjudul "Atlantis the lost Continents Finally Found" yang ditulis oleh salah seorang ilmuan Brasil bernama Prof. Arysio N. dos  Santos, penulis mendapatkan sebuah keterangan bahwa, "ia menyatakan secara tegas bahwa lokasi Atlantis berada di Indonesia."

Menurut Prof. Santos yang merupakan salah seorang akhli ilmu fisika nuklir ini mengatakan, "bahwa sulitnya menemukan keberaqdaan Atlantis dikarenakan para Ilmuan mencari di tempat yang salah." Selanjutnya Prof. Santos mengatakan, "bahwa lokasi dunia yang hilang ini berada di Indonesia, bahkan, ia telah meneliti kemungkinan besar itu selama 29 tahun terakhir ini."

Dari hasil penelitianya, Prof. Santos menampilkan 33 perbandingan antara Indonesia dengan Atlantis. Misalnya dari luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang merupakan ciri khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur.

Berdasarkan dari dua buah sumber cerita ini, sudah barangtentu para sahabat menadi penasaran untuk mengetahui lebih jauh lagi pendapat mereka yang dijadikan pedoman dasar mereka. Baiklah, mari kita melihat dari sudut kacamata pendapat cerita Plato terlebih dahulu. Menurut Plato, Atlantis adalah negara makmur yang memiliki berbagai kekayaan alam seperti emas, batuan mulia, dan "mother of all civilazatio". Atlantis merupakan kerajaan berukuran benua, dengan para ilmuan yang menguasai ilmu metalurgi. Dalam kehidupan bercocok tanam, mereka telah memilki jaringan irigasi. Penduduknya hidup dengan sukacita, mereka sangat menyukai kesenian, seperti tarian, teater, musik, dan olahraga.

Dan menurut Pluto lebih lanjut dari ceritanya. Sangat disayangkan kekayaan Atlantis itu membuat para penduduknya menjadi ambisius dan serakah. Para Dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua tersebut.

Bencana tersebut menyebabkan punahnya 70 % dari species mamalia yang hidup saat itu termasuk kemungkinan juga spicies manusia: Neandertal dan Cro-Magnon. Sebelum terjadinya bencana banjit itu, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan Benua Asia.Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan Benua Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang mengikuti garis 'Wallace'.

Dilihat dari letak geografis, Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, sehingga menimbulkan deretan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari "Ring of Fire". Gunung utama yang dianggap Prof. Santos memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau. Selain Gunung Krakatau sebuah gunung lainnya yang diyakini adalah Gunung Toba.

Sebelum lenyapnya Atlantis, suatu ketika terjadi sebuah ledakan dahsyat yang beraal dari gung Krakatau. Ledakan tersebut memusnahkan seluruh isi gunung dan sekitarnya, kemudian membentuk sebuah kaldera besar, yang biasa kita sebut sebagai selat Sunda. Akibat dari letusan itu, timbillah gelombang laut yang sangat tinggi, dan menyebabkan tsunami. Gelombang itu menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, di antara Jawa dan Kalimantan, dan antra Sumatera dan Kalimantan.

Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa "fly-ash" naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang ada pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (jaman Es Pleistocene). Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut. Glester di kutub Utara dan Eropa kemudian meleleh serta mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.

Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter di atas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah Indonesia tenggelam di bawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang sangat hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya jaman Es Pleitocene secara dramatis.

Mengutip tulisan Plato dalam bukunya yang memiliki arti, "bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu". Padahal pada jaman waktu tersebut adalah jaman es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat celcius, lebih dingin dari sekarang.

Sedangkan negara yang bermandikan sinar matahari sepanjang waktu pada waktu itu hanyalah Indonesia yang secara fakta terletak di tengah-tengah garis katulistiwa. Dari Indonesia lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Haiti, dan lain-lain. Budaya-budaya ini menganal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.

Menurut pendapat penulis, terbukti atau tidaknya  penelitian Prof. Santos nantinya tidsak akan mempengaruhi, namun pendapat dari Prof. Santos telah membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Tanah yang subur,dan kebudayaan yang memiliki nilai berbudi pekerti luhur. Hal itulah yang membuat Indonesia patur disejajarkan dengan Atlantis, yang mana oleh setiap orang di dunia ini dianggap sebagai surga yang hilang. Semoga hal ini dapat menjadi suatu nasehat kebaiakan bagi bangsa ini dan juga kita semua agar tidak mudah di propaganda dalam hal dan keadaan situasi apapun, karena hidup damai itu merupakan suatu keindahan dalam impian yang nyata dalam kehidupan kita keseharian.




Salam,