LOGIKA KECERDASAN LADUNI DALAM MENYIKAPI REALITA KEHIDUPAN

Kecerdasan Laduni atau Laduni Quotient (LQ), ini merupakan suatu artikel yang sedang banyak dibicarakan orang pada saat sekarang ini. Selama ini kita mengenal beberapa artikel yang cukup bagus dalam menuangkan sebuah karya penjabaran penulisan tentang sebuah kecerdasan, yaitu Intelligence Quotient (IQ); Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Semuanya merupakan konsepsi sebuah kecerdasan.

Dari beberapa kecerdasan yang terdapat diatas tersebut penulis berpendapat masih mengabaikan ruang hati untuk  tidak berperan dalam mempengaruhi konsep kecerdasan-kecerdasan tersebut. Dengan demikian kecerdasan yang tidak dapat melibatkan hati tidak akan pernah mampu mengungkap suatu kebenaran realitas dengan sebenar-benarnya dalam mengejawantahkan bahasa Tuhan dalam kehidupan ini yang tertera dalam kitab Suci.

Banyak orang atau pun beberapa rekan penulis mengatakan, bahwa Ilmu Laduni itu sangat sulit didapat, dan banyak pula yang beranggapan bahwa Ilmu Laduni itu berada diluar jangkauan manusia. Padahal tidak sesulit apa yang kita bayangkan, dan untuk dapat memilkinya Ilmu Laduni ini hanya dengan jalan membangun dan memperhatikan suatu teori hukum sebab akibat dalam pola dan tingkah laku adab kehidupan kita dalam keseharian kita sehari-hari, sebagai pengejawantahan bahasa Tuhan.

Dari setiap keterangan beberapa sumber artikel yang menerangkan tentang Ilmu Laduni, penulis berpendapat bahwa Ilmu laduni merupakan kecerdasan laduni yang dapat diejawantahkan dalam berlogika di kehidpan ini dengan suatu rumusan ilmu sebab akibat, dikarena kecerdasan laduni merupakan kecerdasan pemikiran yang bersifat ruhaniah, dan tidak datang secara tiba-tiba, namun harus melalui proses prilaku dalam kehidupan ini.

Kinerja kecerdasan laduni memerlukan optimalisasi potensi otak yang mendayagunakan akal, melipatgandakan potensi hati, hingga merambah ke wilayah ruhaniah. Itulah sebabnya kecerdasan laduni tidak akan mungkin tumbuh hanya dengan menggunakan potensi berpikir saja tanpa mendayagunakan potensi perjalanan ibadah kita dalam keseharian yang dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian di kehidupan ini.

Untuk memperoleh kecerdasan laduni, kita harus sanggup masuk dalam pusat gravitasi energi ruhaniah. Karena kecerdasan ruhaniah bukanlah kecerdasan spiritual, maka kecerdasan laduni dapat diraih dengan relatif mudah.

Seseorang dapat masuk dalam wilayah gravitasi energi ruhaniah tersebut jika ia mampu mengelola jiwanya, membersihkan dan mengendalikan hatinya dari nafsu internal dan eksternal (syahwat), mengelola dan menjaga kesadaran akal, mengoptimalkan pikiran dan hati secara rasional, memperindah intuisi dan kreatifitas hatinya, mempertajam kecermatan mata hati dengan selalu berpikiran jernih dan positif, dan memperhalus inti terdalam nurani hati dengan menjalankan ibadah dengan penerapannya dalam kehidupan ini.

Dengan menggabungkan kedua potensi itu, serta dipadukan dengan kejernihan dalam berpikir dan kebeningan setiap doa yang kita panjatkan kepada Tuhan, maka kecerdasan laduni akan tumbuh dalam setiap jiwa manusia yang menerapkannya dalam kehidupan kesehariannya dan akan berdampak dalam kehidupan kesehariannya yang dapat dilihat pada saat orang tersebut dalam berprilaku menyikapi kehidupan kesehariannya.

Dari penjabaran sederhana ini, maka logika kecerdasan laduni dapat digunakan oleh setiap manusia dalam menghadapi realita kehidupan dengan segala persoalannya yang ditimbulkan dari hukum sebab akibat yang berlaku. Dan dengan kebijakan hati dalam berpikir jernih, kita selalu melakukan pengkoreksian diri sesering mungkin dari setiap masalah yang timbul dalam kehidupan kita, tanpa harus menyalahkan orang lain.


Salam,